Sabtu, 21 Mei 2016

pantun remaja

pantun remaja

1.
Ø  Dari hulu menuju kanal
Ø  Jangan lagi balik kehulu
Ø  Maunya sih kepingin kenal
Ø  Apalah daya hati malu
2.
Ø  pergi kepasar membeli sandal
Ø  jangan lupa membawa doku
Ø  kalau memang kepingin kenal
Ø  katakan saja tak usah malu
3.
Ø  kalau cerdik cobalah terka
Ø  gulalah tebu mabis rasanya
Ø  wahai adik cantik jelita
Ø  bolehkah abang tahu namanya?
4.
Ø  Gali lubang buat petakan
Ø  Buatlah lubang di dekat rawa
Ø  Kalau abang mau kenalan
Ø  Datanglah abang di rumah saya
5.
Ø  Kain kebaya dipakai si janpang
Ø  Bekal satu Cuma buat dirinya
Ø  Main kerumah itu gampang
Ø  Asal tahu nama dan alamatnya
6.
Ø  Pepaya padat penuh berisi
Ø  Kalu dimakan enak rasanya
Ø  Nama dan alamat sudah kuberi
Ø  Janganlah lupa kunjunganya
7.
Ø  Kalau ada semur diladang
Ø  Ladang pasti akan dijarah
Ø  Kalu ada umur panjang
Ø  Abang pasti main kerumah
8.
Ø  Pucuk mentimun bersih sendiri
Ø  Tunggu matang akan terasa renyah
Ø  Dudukmelamun bersedih hati
Ø  Menunggu abang datang kerumah
9.
Ø  Ujunglah badik setajam duri
Ø  Diasahnya menjelang petang
Ø  Janganlah adik bersedih hati
Ø  Karena abang telah datang
10.
Ø  Nasi uduk masak digarang
Ø  Dimakan dengan sambal terasi
Ø  Hati adik mendadak  senag
Ø  Karena abang tepati janji
11.
Ø  Diambang petang makan nasi
Ø  Makannya pakai wajan
Ø  Tak mungkin abang ingkari janji
Ø  Pada adik gadis pujaan
12.
Ø  Begadang makanya wajik
Ø  Hisap juga rokok cerutu
Ø  Kalau abang cinta adik
Ø  Katakan saja I Love You
13.
Ø  Cinta itu ikatan hati
Ø  Jangan dibuat semaunya
Ø  Mari kita mengikat janji
Ø  Untuk bersama selamanya
14.
Ø  Pohon randu tubuh di kota
Ø  Taman kota pun jadi terhiasi
Ø  Rindu di dada tiada terkira
Ø  Karena menanti pujaan hati
15.
Ø  Terbang burung menuju kandang
Ø  Karena perut sudah terisi
Ø  Abang jadi tidak berani datang
Ø  Karena bapakmu galak sekali
16.
Ø  Saat petang cahaya pun meremang
Ø  Waktu itu dikatakan senja
Ø  Kalu abang benar benar xayang
Ø  Kenapa takut pada calon mertua
17.
Ø  Buku juga di namakan pustaka
Ø  Butuh uang janganlah mencuri
Ø  Bukanya abang takut mertua
Ø  Tapi abang tidak mau di maki
18.
Ø  Kena paku ban harus di tambal
Ø  Jangan sampai dibawa jalan
Ø  Walau ayahku berkumis tebal
Ø  Tapi ayahku bukanlah macan
19.
Ø  Buah bacang bukan pepaya
Ø  Nanas bersisik bukan berduri
Ø  Kalau abang boleh berttanya
Ø  Apkah adik masih sendiri
20.
Ø  Berlayar kita naik perahu
Ø  Layar berkembang di udara
Ø  Kalu bolrh adik tahu
Ø  Apa maksud abang bertanya
21.
Ø  Jangan dimakan nasi basi
Ø  Karena itu sudah terkena hama
Ø  Kalu adik masih sendiri
Ø  Bolehkan abang jalan bersama
22.
Ø  Menari harus dengan irama
Ø  Tapi jangan seorang diri
Ø  Boleh saja jalan bersama
Ø  Asal jangan mencuri hati
23.
Ø  Menjangan bukanlah rusa
Ø  Kalu dikejar akan berlari
Ø  Kalu memang ada iasa
Ø  Apa tak boleh jatuh hati
24.
Ø  Menulis pakailah tinta
Ø  Janganlah memakai gincu
Ø  Apa benar abang cinta
Ø  Atau abang Cuma merayu
25.
Ø  Bedak pupur dibuat dari sagu
Ø  Untuk menghias wajah sendiri
Ø  Wahai adik janganlah ragu
Ø  Abang cinta setengah mati

gambar pantun

gambar-gambar pantun








cmpuran galau n cinta

pantun galau

Bapak ibu beli barang antik,
belinya deket pohon beringin.
Walau beribu cewek cantik,
cuman kamu yang aku kangenin.

Beli ketela sama si mulan,
rakit dinamit campur jamu.
Aku rela gak makan sebulan,
asal bisa semenit deket kamu.

Raja dan ratu naik kereta api,
nangis karna lama tak bertemu.
Jangankan waktu aku mimpi,
waktu pipis aja aku inget kamu.

Di bawah gigi ada jakun,
di atas rahang ada tulang.
Jadi rugi pergi ke dukun,
pacar hilang uang melayang.


Kain boLong bukan kain goni
Bolong semua tanpa terkecuaLi
Hati kosong tak berpenghuni
hati gaLau tak ada yang perduLi

Raja dan ratu naik kereta api,
nangis karna lama tak bertemu.
Jangankan waktu aku mimpi,
waktu pipis aja aku inget kamu.

Pohon beringin di tumbuhi benalu
Rindang, di halaman depan
Eh kemarin adalah masalalu
Sekarang dan seterusnya adalah masa depan

Ada ranting Ada dahan
Ada Logam Ada berlian
Nah kamu yang lagi berjauhan
Adakah kepercayaan diantara kalian

Tinggi batang pohon jambu
Tumbuh di sisi pohon mangga
Engkau dan aku adalah satu
Tapi sayang mintanya berteman saja

Buah tomat berwarna merah
Buah markisa berwarna kuning
Eh lo yang suka berceramah
Tuh ada mangsa jomblo lagi pusing

Dingin dingin pake selimut
Selimutnya berwarna hijau
Nih fikiran lagi kalut
Tak tau apa yang yang mengacau

Jangan ditatap sinar mentari...
Nanti matamu menjadi silau...
Jangan diratap pacar yg lari...
Nanti jiwamu menjadi galau...

Jari jemari memetik senar...
Silih berganti sungguh dinamis ...
Selama mentari masih bersinar ...
Hidup mesti selalu optimis ...
Meski hanya buah Duku
Tapi ini bisa diramu
Meskipun jarang bertemu
Cintaku hanya untukmu

Meski aku sudah kenyang
Tetap harus minum jamu
Perempuan yang ku sayang
Bolehkah aku bertamu

Jalan-jalan ke kota Prancis
Banyak rumah berbaris-baris
Biar mati diujung keris
Asal dapat adinda yang manis…

Kalau mau menanam tebu
tanamlahdi dekat pohon jambu
kalau kau cinta padaku
bilang saja I LOVE U 

Aku sedang minum jamu
Minum di bawah pohon jambu
Aku tak mau kehilangan kamu
Karna ku sangat mencintaimu

Pagi pagi udah sarapan
Lauknya ikan teri
Met pagi aku ucapkan
Untukmu kekasih hati

Kalau Cinta Ya Bilang Cinta
Kalau Sayang Ya Bilang Sayang
Jangan Ditunda Tunda
Nanti Di Ambil Orang

Kemanapun kaki melangkah
Aku selalu mengurai doa
Kemanapun cinta merambah
Aku selalu mengurai setia

Malam senin malam rabu
Bedua saling bercinta
Sahabat yang kutunggu
Akhirnya datang juga

Jalan-jalan ke samarinda
Tidak lupa bawa bambu
Makin lama makin bahagia
Lihat kamu berkerudung ungu

Malam Senin ada tamu
Masuk rumah pake sepatu
Kalo adek mau jadi Pacarku
Alhamdulillah yah sesuatu

Hati senang diundang pesta
Sahabat lama yang sedang dinanti
Apakah ini artinya cinta
Jika tanpa tulus di hati

Kalau mau menanam tebu
Tanamlah di dekat pohon jambu
Kalau kau cinta padaku
Bilang saja I LOVE U

Makan roti minumnya susu
Susunya di campur madu
Walaupun tadi kita udah ketemu
Tapi hatiku masih terasa rindu

Meski aku sudah kenyang
Tetap harus minum jamu
Perempuan yang ku sayang
Bolehkah aku bertamu

Buah dukuh buah rambutan
Matang satu ditengah hutan
Cintaku bukan buatan
Seperti paku nempel dipapan

Beribu-Beribu Pohon Beringin
Hanya Satu Si Pohon Randu
Saat Malam Terasa Dingin
Hanya Wajah Mu Yang Aku Rindu

Pagi pagi makan pepaya
Minumnya es kelapa muda
Walau kau sudah ada yang punya
Tapi diriku tetap cinta

Di pasar ada banyak jamu
Di rumah ada banyak tamu
Dari pada ku merana karnamu
Lebih baik aku tinggalkanmu

Sangat nyaman rebahan di kasur
Rebahan sembari baca majalah
Sayang selamat malam dan selamat tidur
Semoga mimpi yang indah

Pulang belanja dari pasar baru
Tidak lupa beli kacang
Neng cantik yang menunggu
Awal bulan kita tunangan

Sore-sore makan sekoteng
Belanjanya di pasar baru
Abang sayang yang ganteng
Neng disini sudah menunggu


jenis pantun

jenis-jenis pantun

Pantun (Jawi: ڤنتون) merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b[1] dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak terdapat nama penulis. Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).

Peran pantun

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berpikir. Pantun melatih seseorang berpikir tentang makna kata sebelum berujar. pantun juga melatih orang berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berpikir dan bermain-main dengan kata.
Secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan. Kedekatan nilai sosial dan pantun bahkan bermula dari filosofi pantun itu sendiri. ”Adat berpantun, pantang melantun” adalah filosofi yang melekat pada pantun. Adagium tersebut mengisyaratkan bahwa pantun lekat dengan nilai-nilai sosial dan bukan semata imajinasi[2]. Effensi (2005) mencatat semangat ”hakekat pantun menjadi penuntun" pada pantuan. Penjelasan tersebut meneguhkan fungsi pantun sebagai penjaga dan media kebudayaan untuk memperkenalkan dan menjaga nilai-nilai masyarakat[3].

Struktur pantun

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk memperm
udah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan. Pola rima dan irama pada pantun secara eksplisit menegaskan sifat kelisanan pantun pada budaya Melayu dulu.

Pantun memiliki dua pokok struktur utama, yaitu sampiran dan isi. Sampiran biasanya adalah 2 larik (baris ketika dituliskan) yang umumnya berisi hal-hal yang bersifat umum. Jantung pantun berada pada dua larik terakhir yang dikenal sebagai isi pantun. Pesan-pesan pada pantun melekat pada kedua larik terakhir.
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Aturan umum berlaku pada pantun, seperti halnya puisi lama. Misalnya, satu larik pantun biasanya terdiri atas 6-12 kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku dan bersifat kaku. Pola rima umum yang berlaku pada pantun adalah a-b-a-b dan a-a-a-a. Meski demikian, kerap diketemukan pula pola pantun yang berpola a-a-b-b.

Jenis-jenis pantun

  • Pantun Adat
Menanam kelapa di pulau Bukum
Tinggi sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar di Kitabullah
Ikan berenang lubuk
Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
Bukan lebah sembarang lebah
Lebah bersarang di buku buluh
Bukan sembah sembarang sembah
Sembah bersarang jari sepuluh
Pohon nangka berbuah lebat
Bilalah masak harum juga
Berumpun pusaka berupa adat
Daerah berluhak alam beraja
  • Pantun Agama
Banyak bulan perkara bulan
Tidak semulia bulan puasa
Banyak tuhan perkara tuhan
Tidak semulia Tuhan Yang Esa
Daun terap di atas dulang
Anak udang mati di tuba
Dalam kitab ada terlarang
Yang haram jangan dicoba
Bunga kenanga di atas kubur
Pucuk sari pandan Jawa
Apa guna sombong dan takabur
Rusak hati badan binasa
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
  • Pantun Budi
Bunga cina di atas batu
Daunnya lepas ke dalam ruang
Adat budaya tidak berlaku
Sebabnya emas budi terbuang
Di antara padi dengan selasih
Yang mana satu tuan luruhkan
Di antarabudi dengan kasih
Yang mana satu tuan turutkan
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Sarat perahu muat pinang
Singgah berlabuh di Kuala Daik
Jahat berlaku lagi dikenang
Inikan pula budi yang baik
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air masin
Hilang bahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
Biarlah orang bertanam buluh
Mari kita bertanam padi
Biarlah orang bertanam musuh
Mari kita menanam budi
Ayam jantan si ayam jalak
Jaguh siantan nama diberi
Rezeki tidak saya tolak
Musuh tidak saya cari
Jikalau kita bertanam padi
Senanglah makan adik-beradik
Jikalau kita bertanam budi
Orang yang jahat menjadi baik
Kalau keladi sudah ditanam
Jangan lagi meminta balas
Kalau budi sudah ditanam
Jangan lagi meminta balas
  • Pantun Jenaka
Pantun Jenaka adalah pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:
Di mana kuang hendak bertelur
Di atas lata di rongga batu
Di mana tuan hendak tidur
Di atas dada di rongga susu
Elok berjalan kota tua
Kiri kanan berbatang sepat
Elok berbini orang tua
Perut kenyang ajaran dapat
Sakit kaki ditikam jeruju
Jeruju ada di dalam paya
Sakit hati memandang susu
Susu ada dalam kebaya
Naik ke bukit membeli lada
Lada sebiji dibelah tujuh
Apanya sakit berbini janda
Anak tiri boleh disuruh
Orang Sasak pergi ke Bali
Membawa pelita semuanya
Berbisik pekak dengan tuli
Tertawa si buta melihatnya
Jalan-jalan ke rawa-rawa
Jika capai duduk di pohon palem
Geli hati menahan tawa
Melihat katak memakai helm
Limau purut di tepi rawa,
buah dilanting belum masak
Sakit perut sebab tertawa,
melihat kucing duduk berbedak
jangan suka makan mentimun
karna banyak getahnya
hai kawan jangan melamun
melamun itu tak ada gunanya
  • Pantun Kepahlawanan
Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya berhubungan dengan semangat kepahlawanan
Adakah perisai bertali rambut
Rambut dipintal akan cemara
Adakah misai tahu takut
Kamipun muda lagi perkasa
Hang Jebat Hang Kesturi
Budak-budak raja Melaka
Jika hendak jangan dicuri
Mari kita bertentang mata
Kalau orang menjaring ungka
Rebung seiris akan pengukusnya
Kalau arang tercorong kemuka
Ujung keris akan penghapusnya
Redup bintang haripun subuh
Subuh tiba bintang tak nampak
Hidup pantang mencari musuh
Musuh tiba pantang ditolak
Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang dua terbilang
Takkan Melayu hilang di bumi
  • Pantun Kias
Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam di gunung ikan di laut
Dalam belanga bertemu juga
Berburu ke padang datar
Dapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang tak jadi
Anak Madras menggetah punai
Punai terbang mengirap bulu
Berapa deras arus sungai
Ditolak pasang balik ke hulu
Kayu tempinis dari kuala
Dibawa orang pergi Melaka
Berapa manis bernama nira
Simpan lama menjadi cuka
Disangka nenas di tengah padang
Rupanya urat jawi-jawi
Disangka panas hingga petang
Kiranya hujan tengah hari
  • Pantun Nasihat
Kayu cendana di atas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Kemuning di tengah balai
Bertumbuh terus semakin tinggi
Berunding dengan orang tak pandai
Bagaikan alu pencungkil duri
Parang ditetak ke batang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu
Padang temu padang baiduri
Tempat raja membangun kota
Bijak bertemu dengan jauhari
Bagaikan cincin dengan permata
Ngun Syah Betara Sakti
Panahnya bernama Nila Gandi
Bilanya emas banyak di peti
Sembarang kerja boleh menjadi
Jalan-jalan ke Kota Blitar
jangan lupa beli sukun
Jika kamu ingin pintar
belajarlah dengan tekun
  • Pantun Percintaan
Coba-coba menanam mumbang
Moga-moga tumbuh kelapa
Coba-coba bertanam sayang
Moga-moga menjadi cinta
Jangan suka bermain tali
Kalau tak ingin terikat olehnya
Putus cinta jangan disesali
Pasti kan datang cinta yang lainnya
Limau purut lebat di pangkal
Sayang selasih condong uratnya
Angin ribut dapat ditangkal
Hati yang kasih apa obatnya
Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang
Anak kera di atas bukit
Dipanah oleh Indera Sakti
Dipandang muka senyum sedikit
Karena sama menaruh hati
Ikan sepat dimasak berlada
Kutunggu digulai anak seberang
Jika tak dapat pada masa muda
Kutunggu sampai beranak seorang
Kalau tuan pergi ke Tanjung
Kirim saya sehelai baju
Kalau tuan menjadi burung
Sahaya menjadi ranting kayu.
Kalau tuan pergi ke Tanjung
Belikan sahaya pisau lipat
Kalau tuan menjadi burung
Sahaya menjadi benang pengikat
Kalau tuan mencari buah
Sahaya pun mencari pandan
Jikalau tuan menjadi nyawa
Sahaya pun menjadi badan.
  • Pantun Peribahasa
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Ke hulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian
Kerat kerat kayu di ladang
Hendak dibuat hulu cangkul
Berapa berat mata memandang
Barat lagi bahu memikul
Harapkan untung menggamit
Kain di badan didedahkan
Harapkan guruh di langit
Air tempayan dicurahkan
Pohon pepaya di dalam semak
Pohon manggis sebasar lengan
Kawan tertawa memang banyak
Kawan menangis diharap jangan
  • Pantun Perpisahan
Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Biar jauh di negeri satu
Hilang di mata di hati jangan
Bagaimana tidak dikenang
Pucuknya pauh selasih Jambi
Bagaimana tidak terkenang
Dagang yang jauh kekasih hati
Duhai selasih janganlah tinggi
Kalaupun tinggi berdaun jangan
Duhai kekasih janganlah pergi
Kalaupun pergi bertahun jangan
Batang selasih mainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga
Bunga Cina bunga karangan
Tanamlah rapat tepi perigi
Adik di mana abang gerangan
Bilalah dapat bertemu lagi
Kalau ada sumur di ladang
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Bolehlah kita bertemu lagi
  • Pantun Teka-teki
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk di hidung?
Beras ladang sulung tahun
Malam malam memasak nasi
Dalam batang ada daun
Dalam daun ada isi
Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun ke sawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala di bawah ?
Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji di luar apa buahnya
Tugal padi jangan bertangguh
Kunyit kebun siapa galinya
Kalau tuan cerdik sungguh
Langit tergantung mana talinya?

https://id.wikipedia.org/wiki/Pantun